Sebuah Puisi
Oleh; Isynie Sunni Sansan
Bingung,
Lalang menderu,
Debum berdentam,
Terpacu menggulung dalam samudra debu.
Semilir angin serasa mengoyak,
Tanah seakan merekah,
Membara,
Menyala,
Membakar semua yang ada.
Merah darah,
Kental mengalir menjijikkan,
Butiran peluru dengan suara yang merobek telinga,
Menciutkan tangis yang resah
Dalam amarah yang menggema sukma.
Jiwa adalah jiwa,
Bukan lagi sesuatu yang berharga,
Dalam kobaran emosi,
Berbelit ego dan benci.
Aku ingin berlari,
Menjauh peluh,
Meringkuk dalam tong sampah yang damai,
Tanpa desah,
Tanpa resah. ..
Kapan ini semua akan berakhir?
Sebuah laga untuk dunia,
Yang pasti punah ditelan masa,
Tak ada arti,
Tak ada makna. ..
Sunyi senyap,
Pelukan hangat ibu yang kudamba,
Senyum manis ayah yang kurasa,
Akankah menjadi mimpi terakhirku malam ini?..
Gubuk tua dalam Mahligai Bahagia,
Selasa, 01 maret 2011. 05.03 p.m.
Oleh; Isynie Sunni Sansan
Bingung,
Lalang menderu,
Debum berdentam,
Terpacu menggulung dalam samudra debu.
Semilir angin serasa mengoyak,
Tanah seakan merekah,
Membara,
Menyala,
Membakar semua yang ada.
Merah darah,
Kental mengalir menjijikkan,
Butiran peluru dengan suara yang merobek telinga,
Menciutkan tangis yang resah
Dalam amarah yang menggema sukma.
Jiwa adalah jiwa,
Bukan lagi sesuatu yang berharga,
Dalam kobaran emosi,
Berbelit ego dan benci.
Aku ingin berlari,
Menjauh peluh,
Meringkuk dalam tong sampah yang damai,
Tanpa desah,
Tanpa resah. ..
Kapan ini semua akan berakhir?
Sebuah laga untuk dunia,
Yang pasti punah ditelan masa,
Tak ada arti,
Tak ada makna. ..
Sunyi senyap,
Pelukan hangat ibu yang kudamba,
Senyum manis ayah yang kurasa,
Akankah menjadi mimpi terakhirku malam ini?..
Gubuk tua dalam Mahligai Bahagia,
Selasa, 01 maret 2011. 05.03 p.m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar