Sebuah Puisi
Oleh Ismail Sunni Muhammad
Masih kucoba membawa bebanmu dalam rapuh hati,
terpaan angin busuk, begitu dingin menusuk,
tak ramah, lepuhkan kesabaran yang meranggas tak
berbekas.
Masih tabah ku terima semua luka yang menganga,
dari awal bertemu hingga kali kita berpisah,
tak acuh ribuan mata terpasang memasung,
cinta ini terlanjur hancur melebur mematung.
ku lelah dengan tiap tetes duka rindu,
bertambah tua sudah rasa payah yang membiru.
walau hanya terlamun menatap arus emosi kalbu,
duduklah sebentar di sisiku,
walau untuk menyentuh titah awan pada mentari kala
shubuh.
Biar senja menutup hidup manusia dengan dawai istighfar,
hingga tasbih maghrib mengakar menjulur merasuki jiwa
yang tegar,
hingga desah isya' mengakhiri laju nafas nafsu,
merabanya seakan detik berdetak membeku.
Apakah sepertiga malam kelak menjadi saksimu kala kau
terbujur kaku?
apakah mutiara tahajud kelak menerangi tubuhmu kala ia
hanyalah sebuah batu?
apakah alunan basah Quran kelak melindungi hati saat tak
ada mereka yang disekitarmu melainkan membisu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar