Bismillahirrahmanirrahim
Ketika membuka sosial media, mata saya
tertahan membaca sebuah meme dengan isi yang unik. Adalah bahwa hidayah
layaknya cahaya, ia tak akan menyapa kamar yang tak dibuka jendelanya.
Seketika saya merenung, saya berpikir “apakah kamar saya
telah terbuka daun jendelanya?”
Kebaikan
dan orang baik memiliki magnet dengan ciri khas tersendiri. Karakter magnet
tersebut adalah wajah yang dipenuhi dengan cahaya, ketenangan hati, kejernihan
pikiran, ketulusan ucapan dan bijak dalam tindakan. Ia layaknya mutiara. Kerap
tersembunyi namun begitu padat dengan filosofi.
Tentu
bila ingin memiliki magnet yang sedemikian membutuhkan usaha yang tak sedikit
dan tak menerima diam. Curahan daya dan muatan asa. Dua yang mampu
mendiferensiasikan kultur manusia dengan begitu signifikan.
Daya
tiap orang dalam berbuat baik acapkali tak sama. Begitupula asa. Layaknya iman,
semangat memiliki fluktuasi yang rentan sering terjadi. Eksistensi hawa nafsu
dan setan kian membuat berlaku baik sebagai pilihan terakhir atau kesekian.
Apalagi setelah mengetahui bahwa kebaikan selalu
tersembunyi. Ia bersembunyi dalam kain yang dekil, senyum yang pahit, tangis
yang khusyuk, indera yang tak sempurna. Ia menyamar dalam ujian dan cobaan.
Berusaha melatih kita untuk tetap mantap dalam asa kita, tetap kuat dengan daya
kita.
Itulah sepintas nilai yang saya lihat dari MASTAMARU
2015. Tarbiyah jasmani dan ruhani agar dapat membuka atau setidaknya menyentuh
jendela-jendela dalam kamar hati kita. Agar cahaya Allah SWT yang lembut
berkenan memeluk hati kita. Agar kesejukan sabda nabi Muhammad SAW menyirami
ruas-ruas jendela kita yang kering dan kusam.
Dengan label Muhammadiyah, saya percaya, belajar dalam
universitas ini akan mampu membantu saya untuk tumbuh mengenal karakter nabi
yang saya cintai. Menyelami keagungan tata krama beliau. Meneladani mujahadah
beliau dalam belajar, mengajar dan berdakwah.
Saya ingin melebur dalam kebaikan ilmu yang ada dalam
belajar dan larut terhipnotis untuk belajar dari kebaikan siapapun dan apapun.
Bila saya kelak mampu membersihkan memar luka dalam “jendela kamar” saya, saya
ingin membantu mendorong jendela kamar yang lain. Kamar –kamar disisi saya,
disekeliling saya, yang bernafas dan hidup layaknya saya,
Kebutuhan saya akan cahaya begitu tak terhingga, karena
dengannya, saya mampu menerangi kamar hati saya kala pekat kesedihan datang
merana. Saya mampu menata mata agar lebih hati-hati memperlakukan siapapun
saja.
Sehingga saya bisa bergaul lebih baik lebih hangat.
Menempuh dan menyelesaikan studi saya dengan prestasi yang baik sesuai dengan
harapan saya dan mereka yang mencintai saya. Saya tahu itu semua tidak mudah.
Sederhana, mastamaru adalah tantangan pembuka, yang akan membantu memanaskan
gigi persneling otak dan hati saya. Insha Allah semuanya akan berakhir indah
pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar