Bismillahirrahmanirrahim
Pendidikan
buat saya adalah suatu keniscayaan. Sebuah urgensi yang tak terelakkan. Entah,
sudah berapa analisa dan penelitian yang lahir dan tercatat. Semuanya bisa
terwujud dengan pendidikan. Secara tegas, saya berbicara pada hati saya,
“pendidikan adalah harga mati”.
Pendidikan
adalah awal hidup seorang manusia. Bayi yang belajar menatap dunia dengan
sentuhan orang tua. Ia meniti langkah demi langkah. Sesaat hanya tertidur, lalu
merangkak, mencoba berdiri. Sesekali menggandeng tangan bundanya manja.
Sesekali menangis terjatuh, sesekali merengek membutuhkan perhatian dan
pendampingan. Hingga akhirnya ia bisa berlari.
Berlari
dari masa lima tahunnya hingga meremaja. Sedemikian cepatnya hingga ia berusaha
untuk melangkah dengan perlahan namun dewasa. Itulah deskripsi singkat awal
pendidikan merambat memeluk kehidupan manusia.
Namun
pendidikan layaknya pisau bermata dua. Bisa bermanfaat atau membuat makin
bejat. Bisa membuat kita selamat atau semakin sesat. Karena pendidikan tidaklah
hanya mengenai dunia, namun juga akhirat. Tak hanya mengenai fisik namun juga
bagaimana membentuk hati yang baik.
Fase
pendidikan yang saya jalani saat ini membuat saya, mau tak mau, semakin memaksa
memahami arti pendidikan sejatinya. Semakin tinggi jabat pelajar yang saya
dapatkan dan rasakan pada pundak saya membuat saya sedih dan senang sekaligus.
Senang, karena ini menandakan saya telah mampu melewati jenjang sebelumnya.
Saya dikategorikan lulus untuk bisa mendalami disiplin ilmu tertentu secara
spesifik.
Sedih,
bila saya tidak mampu mengemban sebuah amanah yang dipikulkan pada saya.
Bukankah korelasi jabatan dan amanah sangat kuat dan erat?
Kata maha yang
biasanya dikaitkan pada titel resmi nan mulya milik Tuhan, dicomot dan
dipaksakan bertemu dengan jabatan makhluk yang begitu dungu dan mudah berlaku
luput. Rumusan makna dari kata maha sendiri tak akan bisa disempurnakan oleh
formula arti dari kata manusia.
Disinilah,
saya ingin mencoba memberikan kontribusi. Sekalipun tak akan bisa bukan berarti
tidak mungkin. Result will not ever betray the process. Apa yang diperjuangakan
dan dikorbankan senantiasa akan mendapatkan upah dan imbalan. Selalu ada buah
yang manis dan bunga yang indah menghiasi pohon yang dipupuk dan disirami
dengan baik.
Dan
saat ini saya masih berupa pohon yang muda, dengan tangkai tak seberapa. Utas
dedaunannya pun bisa mudah dijumlah. Di sini semoga,
saya mampu menjadi pohon yang tak mudah goyah, apapun rintangannya, apapun
tantangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar