Bismillahirrahmanirrahim
Sebuah
kisah singkat saya dapati saat saya membuka facebook. Adalah tentang seorang
yang telah terlanjur tua. Saat muda, dia berharap mengubah dunia. Menyadari
sulit, ia berubah pikiran namun masih dengan semangat yang sama. Ia ingin
mengubah negaranya saja. Dari sekian juta orang, ia semakin matematis mengukur
kemampuan dirinya.
Tumbuh
rambut putih di kepalanya, ia berinisiatif untuk hanya mengubah kotanya saja.
Malang, tubuhnya pun tak kuasa memenuhi target yang begitu rapat dan ketat.
Usianya semakin tua, dan baru dia tersadar. Mengapa ia tak mengubah dirinya
sendiri terlebih dahulu??
Pertanyaan
di atas kerapkali dilontarkan seorang motivator, khususnya dalam acara seminar
mengenai kepemimpinan atau pembentukan kepribadian. Namun, anda beruntung membaca
naskah singkat ini, karena saya akan membedahnya disini.
Tercium
bau obsesi dan ambisi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Memang iya. Lalu,
apakah salah bila kita mengangguk iya, setuju dengan persepsi khalayak? Tentu
manusiawi menurut saya, ketika seseorang menginginkan kebaikan dalam hidupnya.
Namun, pastikan untuk tidak selalu lupa dengan dirinya. Lebih akurat, keadaan
dirinya sendiri sebelum menatap orang lain atau yang lain.
Berpikir
progresif sangatlah baik. Cenderung memotivasi seseorang untuk lebih giat dan
semangat meraih sesuatu, malah. Berpaham idealis juga sangat mantap, dia bisa
mendesain tiap harapannya dalam bingkai-bingkai manifestasi nyata.
Namun
perlu diketahui, bahwa ada dinding realis dalam hidup ini yang kerapkali
diabaikan beberapa pihak. Terlalu progresif dan idealis hanya akan menghabiskan
seseorang dalam tujuan yang semu untuk diejewantahkan dalam aksi nyata.
Berpikir logis sangatlah dibutuhkan sebagai neraca pengukur keseimbangan
keduanya.
Dan
dengan menjadi mahasiswa di sini saya ingin lebih memperhatikan diri saya.
Kualitas dan nilai saya sebagai manusia yang memanusiakan manusia. Tentu saya
juga ingin berorganisasi. Karena berorganisasi membantu berpikir cermat dan
hati-hati untuk selalu menyelesaikan tanggungjawab dengan rapi.
Dan
dengan jurusan manajemen yang saya akan tekuni ini, saya bercita-cita saya
dapat memberikan kemaslahatan yang massif, yang dirasakan semua pihak dan tentu
setelah saya men-tune up kapasitas keilmuan dan keluasan hati saya. Saya ingin
menjadi pembesar yang disegani. Pengayom bagi tiap kalangan. Teladan bagi sesama.
Dan mutiara pembahagia untuk orang tua.
Itulah
motivasi saya belajar di sini. Melatih benak saya untuk berpikir logis, menduga
positif, dan terus mengembangkan apa yang menjadi
minat dalam bakat saya. Selalu progresif, terdepan demi membawa kebaikan
idelais yang akan saya bagi dalam langkah nyata nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar