Sebuah
Puisi
Oleh Ismail Sunni Muhammad
Saat
bibir ini tak mampu lagi mengucap kata,
Tentang
betapa perih luka yang terlanjur busuk menganga,
Engkaulah,
penyembuh kalbu yang kunanti senantiasa.
Saat
semua yang mata mampu lihat,
Adalah
kenangan dosa yang sinis mencerca,
Engkaulah,
Pembawa cahaya yang memelukku ramah.
Saat
mereka yang mengaku cinta,
Tak acuh,
menatap hampa, meninggalkanku merana,
Kau
masih setia, bersabar mendengar curhatku di malam sepertiga.
Mengombang-ambingkanku
dalam mozaik putus asa dan bayang dengki,
Kau
bak hujan yang menyegarkan, embun yang membersihkan, pelangi yang mewarnai.
Bila
ku tak lagi mampu bersuara,
Bahkan
bila sadar lidah ini tak lah ada,
Masih
akan ku tasbihkan tiap bulir darah dalam
jantung memompa,
Seraya
malu berharap, mampu melihat wajah-Mu yang agung nan mulia,
Kaulah
tiap nada yang ku lantun tiap shubuh dan senja,
Kaulah
tiap hembus nafas yang mengisi rongga dada,
Kaulah
tempatku berpijak, bersujud dalam doa.
Kaulah,
segalanya untuk seorang hamba yang faqir dan hina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar