Sebuah Puisi [2]
Oleh Ismail
Sunni Muhammad*
Aku sudah malu untuk berharap,
Dengan seluruh nikmat-Nya yang tak lekang senyap,
Ku diam diam masih setia
bermaksiat,
Secara terang, aku masih seorang
hamba yang kadzzab
Apakah masih pantas untuk
berharap?
Aku sudah lebih malu untuk
berharap,
Mentari rasulullah [saw] yang
bersinar menghias diri,
Masih selalu kalah dengan nafsu
perut dan syahwat farji,
Begitu lemah dengan umpan dunia,
yang menggoda menipu mengikat dusta,
Apakah masih layak aku berharap?
Aku terlalu malu untuk berharap,
Ketika tulus kasih, abah mama
yang menyayangi,
Ketika tarbiyah rabbani, murabbi
yang halus menasehati,
Masih saja terpasung tiada daya
dengan khianat hati yang bertahta,
Hancur terpuruk dalam topeng
riya’ tanda durka,
Apakah masih boleh aku berharap?
“Dan hanya kepada Allah lah,
hamba-hamba muslim bertawakkal dan berharap”
Duhai Rabbku,
Terimalah harap hamba yang
nista,
Terimalah mohon hamba yang penuh
keluh resah,
Terimalah pinta hamba yang tak
punya muka.
Kepada siapa lagi, hambaMu ini
mampu berharap ya Rabb,
Bila tak padamu, wahai penguasa
hati dan dunia.
Bila tak padamu, wahai pengasih
terbaik dari mereka yang mencinta.
Bila tak padamu, pemilik syafaat
di akhir masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar