Sebuah Puisi Pengagum Rahasia
Sehelai daun gugur,
Tiga helai daun gugur,
Empat helai daun gugur,
Lima helai daun gugur,
Enam helai daun gugur,
Tujuh helai daun gugur,
After playing Basket Ball, have rest for a while,
Oleh
Ismail Sunni Muhammad
Sehelai daun gugur,
Awalku
melihatmu,
Tengah
terik panas matahari menyengat,
Bidadari
surga berkerudung anggun merah muda,
Menebar
senyum manis, dingin nan lembut kau menyapa,
Jantung
tak berdetak, suaraku tercekat,
Termenung,
dengan senyum seadanya, serba salah,
Entah
apa yang tengah ku rasa,
Ku
pikir aku mendambanya. ..
Dua helai daun gugur,
Kudengar
sayup melodi halus merdu terlantun dari bibir tipismu,
Membaca
kata demi kata sastra agung sang Pencipta,
Sesekali,
kau seka bening air mata yang lahir membasahi pipi putihmu,
Sesekali,
terukir senyum buah syukur tulus dan ikhlas menghias parah wajahnya,
Aku
masih terdiam, hanyut dan tak tahu harus berkata dan berlaku apa,
Di
balik serambi masjid, ku bersandar, menatapmu bangga,
Subhanallah,
akankah aku memiliki istri seperti dia?
Kau
tatap para audiens dengan kobaran semangat dan ketetapan tekad,
Kau
tukas runtut tanya santun bersahaja,
Selalu
kau awali dengan basmallah,
Bersenandungkan
niat mulia, beralaskan budi karimah,
Entahlah,apakah
aku, hanya aku yang terpesona,
Menatap
tiap ucap aksara, memperhatikan tiap gerak bahasa,
Begitu
merindukan melihatnya dengan jilbab hijau mudanya.
Empat helai daun gugur,
Hatiku
bergetar hebat,
Mataku
gerimis, kalbuku menangis,
Pikirku
rapuh, tubuh serasa lumpuh,
Kalut!!
Dengan
hanya melihatmu tersedu menangis,
Di
pinggir taman mawar merah yang turut layu sedih untukmu,
Kesalku
membakar,
Geramku
berontak,
Siapa
dan apa yang tega serta rela,
Membuat
bidadariku perih terluka,
Gusar
gelisah menyatu membara,
Ingin
aku medekapnya, membuatnya nyaman, menghilangkan seluruh beban, melegakan
perasaan,
Lagi-lagi
aku hanya terdiam, tak hanya dia,
Aku
dan diriku harus terjaga,
Saling
tak menoda, ku sadar ku belum halal untuknya,
Hanya
mampu mengawasinya dalam bisu, seraya mengirimkan beberapa mutiara doa,
Senoga
kau segera tersenyum kembali, dinda. ..
Lima helai daun gugur,
Aku
bersujud dalam tangisku,
Aku
menangis di setiap takbirku,
Meremas
dada untuk tiap butir tasbihku,
Melihatmu
bersanding dengan malaikat duniamu,
Tak
rela namun tak bisa melawan,
Ingin
berontak namun tak kuasa,
Menyesal
tak berani mengkhitbahnya,
Apakah
karena aku terlalu menutup rapat diri demi menjaga suci?
Apakah
sebab pesimis dan kurang dewasa hati?
Enam helai daun gugur,
Wahai
rabb, dengarlah aku, lihatlah aku, dekaplah aku,
Yang
tersenyum dalam tangis demi bahagianya,
Yang
menangis dalam senyum untuk menyamarkan luka,
Lututku
goyah, saat menemuinya di pelamina mahligai dunia,
Mulutku
terkatup, cemburu dan rela melihatnya bersanding hangat rapat ceria bersama
ksatrianya,
Tujuh helai daun gugur,
Semoga
engkau kian bercahaya dinda,
Menata
rumah tangga beriman, islami bertabur sunnah nabawi,
Hanya
satu pintaku,
Izinku
untuk menjadi lukisan indah dalam kenangan hatiku,
Terima
kasih, adinda. ..
After playing Basket Ball, have rest for a while,
Menggurat
puisi dengan “Someone Like You”nya Adelle,
Ghurfah
Hasyim ‘Asy’ari, Kamis, 13 Desember 2012, 8.45 am.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar