Sabtu, 11 Juni 2011

Gerak Roda Perindustrian Songkok dan Sarung di Kota Gresik

Sebuah Reportase Produksi Lokal 
Oleh Ismail Sunni Muhammad 

Setiap daerah pasti memiliki keistimewaan, entah digunakan untuk menutupi kekurangan yang ada atau untuk menarik perhatian masyarakat agar mengunjungi daerah tersebut. Kieistimewaan dapat berupa hal yang konkrit ataupun abstrak. Konkrit, seperti adanya kemajuan dalam perindustrian atau abstrak, seperti menariknya sejarah atau mitos daerah tersebut. Perindustrian mempunyai banyak macam dan bentuk, diantaranya otomotif, wisata atau perdagangan. Gresik, daerah dengan luas 1. 192,25 Ha, selain terkenal dengan produksi makanan khas pudaknya, daerah ini juga mempunyai tempat wisata yang menarik, seperti Makam Sunan maulana malik Ibrahim, Makam sunan giri dan kuburan panjang. 



Kota yang juga terkenal dengan kota santri ini juga memiliki keunggulan dalam industri perdagangannya, diantaranya adsalah produksi sarung dan songkok. Dua komoditas perdagangan ini berkembang tiap tahunnya, baik dalam pemasokan barang, maupun peningkatan kualitas dan mutunya. Al-Fikrah dalam pembahasan ini mencoba mengorek bagaimana bentuk perkembangan dua komoditas tersebut, berikut liputannya. 


Sarung; Komoditas Gresik ini seringkali digunakan sebagai sandangan ibadah, maka tak ayal negara kita yang mayoritas muslim, menjadikannya sebagai sandangan kedua setelah baju atau kaos. Apalagi mendekati Hari Idul fitri, permintaan konsumen akan semakin meningkat. Sarung produksi gresik, diantaranya adalah BHS dan ATLAS, keduanya dibuat dalam satu rumah perindustrian dengan obyek konsumen yang berbeda dalam tingkat ekonominya. Sarung BHS lebih ramah ditangan kaum berduit dengan harga sekitar 750 ribu hingga 1 juta. 

Sedangkan sarung ATLAS lebih memasyarakat karena harga yang dipasang, sesuai dengan ukuran saku khalayak masyarakat. menurut Saleh Bahasuan, mantan direktur perindustrian sarung BHS dan ATLAS, dalam pembuatannya, sarung –sarung ini dapat berupa tenunan mesin atau tenunan dari manusia. Juga menyertakan ahli pembuatan mesin tenun dari prancis dan jepang dalam pengembangan kualitas sarung tersebut dari tahun ke tahun. Selain itu, usaha perindustrian yang diwariskan secara turun temurun ini, mempekerjakan sekitar 40 insiyur, 700 karyawan termasuk penenun- penenun yang tersebar 9 pabrik sarung di beberapa daerah di Gresik seperti di Cerme, Segoro Madu dan sekitarnya. 

Dari tahun ke tahun, animo dan respon masyarakat sangatlah baik terhadap sarung. Memang perindustrian sarung ini terlihat begitu tertutup dari publik, untuk memasuki area pabrik saja harus melewati penjagaan dan pemeriksaan yang ketat, terkesan apa yang ada di dalam takboleh diketahui oleh masyarakat. Saleh Bahasuan menambahkan, ketika ada acara istighosah ataupun haul, rumahnya kerapkali didatangi pengunjung yang rata-rata berasal dari luar kota, yang tentunya tertarik untuk membeli sarung, bahkan ada yang memesan dengan merk tertentu untuk pesantren atau lembaga islami mereka. Hingga kini sayap distribusinya semakin meluas, dari kalimantan, nasional, hingga pengeksporan ke Dubai. 

Songkok; Tak kalah dengan produktifitas sarung, kopiah dengan beraneka model dan bentuk mewarnai pasaran sandang hingga kini, dengan menyesuaikan bentuk keinginan konsumen. Adalah Syamsul Chizam MA, direktur peindustrian songkok berlabel Muamalah ini, menceritakan bahwasanya kopiah telah muncul sejak zaman belanda, dan lazimnya digunakan oleh kaum bangsawan. Bahkan presiden pertama Ir. Soekarno sering memesan songkok dari Gresik. Saat ini, songkok tidak hanya menjadi identitas khas masyarakat jawa saja, melainkan negara kita Indonesia, entah digunakan dalam tasyakuran, pelantikan, pernikahan, songkok dinilai cocok dan pantas digunakan dalam berbagai event formal atau informa. Beliau menjelaskan dalam proses pembuatannya, songkok buatannya memakai bahan kain bermerk eagle yang didatangkan dari korea. Setiap 2 yardnya dapat dijadikan 20 potong songkok, dan setiap harinya menghasilkan 1000 potongan. Bisa dibayangkan jikalau 1 kodi dihargai 350 ribu dengan pemesanan 500 kodi perbulannya, maka dapat dibayangkan sendiri berapa omzet yang didapatkan. Tak beda dengan perindustrian sarung, usaha yang diwariskan secara turun temurun ini, juga mengklasifikasi produktifitas songkoknya, sehingga dapat ditemukan songkok yang sesuai untuk masyarakat perekonomian atas, menengah hingga ke bawah. 

Tentunya, harga mencocoki kualitas songkok. Selain Muamalah, pak Chizamdalam interview dengan Al-Fikrah juga memproduksi songkok dengan nama yang berbeda, seperti Muktamar, Al-Mina dan Albab, terkadang pak Chizam juga melayani permintaan konsumen yang ingin dibuatkan kopiah khusus untuk daerahnya, sehingga kopiah tersebut tak dapat ditemukan kecuali di daerah itu saja. songkok buatannya juga kerap diikutkan dalam pameran komoditas daerah, beliau menyatakan telah mengikuti pameran tersebut beberapa kali atas ajakan PEMDA Gresik di Yogyakarta, Malang, Sidoarjo, Masjid Agung Surabaya, dan Jakarta Fair. Yang patut disayangkan, PEMDA kurang memberi perhatian terhadap Homeindustri Gresik, misalnya memberikan tunjangan peningkatan kualitas pada industri yang dikelolanya.

1 komentar: