Minggu, 16 Juni 2013

Mempresentasikan pidato dengan efektif

Seni berpidato: Intermediate level



Berbicara di depan publik adalah sebuah tantangan  tersendiri. Bahkan seorang orator atau presenter profesional manapun, pasti masih merasakan on-stage pressure, yang akrab kita sebut demam panggung. Tentu, dengan variasi kuadran yang berbeda bergantung pada how much jam terbang mereka. Karena, layaknya dokter yang sering menangani pasien, semakin ia sering ia menemukan masalah dan mempelajarinya, semakin terampil dan mumpuni pula cara ia mengatasi dan menanganinya.

Sesuai dengan definisinya, adalah satu cara mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada banyak orang. Pidato, adalah arus transformasi ide menjadi kristalisasi wacana yang eksploitatif [menarik massa], bombastis [menggemparkan massa], persuasif [mempengaruhi massa] dan konstruktif [membangun massa]. Oleh karena itu, butuh langkah yang ter-manage dengan apik dan sistematis untuk melakukannya.

Adalah yang berkesan, mampu mengobati, menggerakkan hati, menyemangatkan jiwa, membakar asa, patut dilabeli sebagai sebuah pidato yang efektif. Efektif, berarti tepat waktu, tepat daya dan tepat guna. Adalah karakter yang harus tersembul dalam jiwa seorang orator. Karena dengannya, ia akan bijak menyisir perhatian, selektif menggunakan bahasa, memadai dalam mengatur intonasi serta memilah diksi.

Sabtu, 15 Juni 2013

Cinta, lebih baik diutarakan atau dipendam ya?

Catatan Harian


Setelah dibahas ribuan tahun, virus merah jambu ini masih tidak kelar-kelas selesai dan habis diperbincangkan. Dari berbagai sisi kehidupan dengan variasi kisahnya, mulai dari yang accepted traditional-personally hingga, internasional dan kontroversial. Entah, berapa pula posting cinta yang telah tertulis dan beranakpinak di Kompasiana ini. Dan saya harap tarian pena saya mampu menyegarkan kembali kebosanan anda menganalisa cinta.

Bermula dari kisah saya sendiri, pernah mencintai seorang gadis. Ketertarikan ini lahir dari kesamaan minat kami, hobi nyemil bahasa Inggris. Sekalipun, kami beda fakultas, dia Tarbiyah dan saya Dakwah. Beberapa kali bertemu, bagi saya, sudah cukup jadi obat rindu, akannya.

Hingga akhirnya saya melanjutkan studi saya di Yaman, hati saya masih sulit mengingkari kalau saya tidak mencintainya. Suara imut dan tawa renyahnya masih jelas terngiang di telinga saya. Seakan baru kemarin saya bercakap dengannya, padahal 3 tahun telah berlalu begitu saja. Tanpa ada kabar dan berita tentangnya. Dalam hati, saya bertanya, “Apakah ini kesalahan saya, karena tidak mengungkapkan perasaan saya dulu padanya?”

Jumat, 14 Juni 2013

Calon istri, mengapa harus shalihah?

~ Catatan Harian


Seburuk apapun kelakuan seorang lelaki, pasti memiliki keinginan, sekalipun kecil, untuk meminang seorang wanita shalihah. Karena sudah menjadi tabiat manusia, menyukai keindahan dan kebaikan. “wa innahu lihubbil khoiri lasyadid”. Entah bertujuan memperbaiki keturunan atau memperturutkan nafsu belaka. Dan terserah pula bagaimana anda mendefinisikan kebaikan dan keindahan, apakah itu berkonotosi negatif atau positif?

Pasti kita sering mendengar ucapan seorang dai, “alkhobisaat lil khobitsin, - watthoyyibat lit thoyyibin”. Wanita yang buruk untuk lelaki yang buruk, wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Dari sini, kita sudah bisa menelisik bahwa hukum Karma juga tersisip dalam Qur’an. Setiap apa yang kita lakukan, kebaikan atau kejahatan, sekecil apapun, pasti akan mendapatkan balasannya. “wa man ya’mal mitsqola dzarratin khoiron yaroh, wa man ya’mal mistqolah dzarrotin syarron yarah”. Dan tulang rusuk kita yang hilang pastinya berwatak tidak jauh dari bagaimana kita bersikap dan bergaul, ia melengkapi dan menghiasi.

Karena kelak istri akan menjadi rumah bagi sang suami, ladang pahala baginya, pendamping hidup, pengasuh keluarga, dan ibu bagi anak-anaknya. Tentu setiap orang hidup dengan background, prinsip dan kebiasaan hidup yang berbeda, hingga berbeda pula selera dan tujuan dalam memilih belahan hati mereka.

Kamis, 13 Juni 2013

Antara faktor lucky dan belajar sejak dini~

~ Catatan Harian


Mendekati ujian akhir semester ini, seperti biasanya, asrama dan pelataran kampus terlihat tenang namun ramai. Tenang karena teman-teman larut dalam konsentrasi mereka, mereview pelajaran satu semester, ramai karena mereka tidak hanya satu. Bersembunyi di balik rimbun kebun, berteduh di bawah pohon kurma yang berbuah, I’tikaf di masjid yang tenang atau hanya sekedar duduk di atas ranjang. Tiap orang serasa sibuk dan larut dalam sakaw khawatir dan tekanan ekspektasi. Mengapa demikian?

Sakaw khawatir dan tekanan ekspektasi, karena ujian akhir semester kerap kali menjadi tolak ukur dan penentu apakah kita benar-benar bisa melanjutkan level studi kita ke level yang lebih tinggi, atau tetap di kelas yang sama dengan konsekwensi mengulang satu tahun, atau dipulangkan ke Indonesia. Setidaknya, itulah aturan yang tertulis dalam kode etik universitas kami, Al-Ahgaff, Hadhramaut, Yaman.

Cermin ~

Sebuah Puisi


Bukankah kau seseorang yang layak kukagumi,
Karena cahayamu yang membias dalam cermin itu,
Aku tak sanggup tak perhatikanmu,
Karena kau benar-benar refleksi hati.
Jika sepi adalah rasa yang membunuh diri,
Dan pantulan kasih hanyalah membelahku dalam sendu,
Cukup kau tahu, jika aku selalu terhubung denganmu,
Melalui sisi lain, melalui cakrawala yang beda

Kerana dengan tanganmu memeluk tanganku,
Dengan secarik saku, penuh dengan ruh rindu,
Aku dapat berkata,
tiada tempat ku pergi dan menangis selain padamu saja,
Letakkan tanganmu pada kaca, kucoba untuk menarikmu melewatinya,
Kaca cinta yang telah lama retak,
Yang buatmu semakin tegar tak terdesak.

Kerana aku tidak ingin kehilanganmu saat ini,
Saat ku mulai menemukan dalam intaianku, separuh diriku yang lain pada dirimu,
Ruang kosong dalam hatiku menggumam dalam ratap kacau tak jelas,
Adalah kau, udara yang menghilang dan bernafas,
Menunjukkanku bagaimana tumbuh dan mengarung liar,
Kan kukatakan padamu, itu mudah seringan membelai angsa,
Tersungkur kembali padamu sekali, dimana aku takkan bisa mengerti.

Rabu, 12 Juni 2013

Bagaimana mempersiapkan dan menyampaikan sebuah pidato

Tips Improvisasi Soft-Skill Public: Seni menguasai pidato [2]


Setelah mengetahui bagaimana memoles konsep pidato dan langkah-langkah menuliskannya. Kali ini, kita akan mencoba menguak, bagaimana berlatih berpidato, sehingga membuat kita lebih mantap dan percaya diri saat menyampaikannya nanti. Juga apa saja yang perlu kita persiapkan, di hari H saat kita berpidato. Hanya memastikan semuannya akan berakhir sukses juga ada detil usahanya juga loh! Dan terakhir, bagaimana berimprovisasi saat kamu sedang menyampaikan pidato.

Selamat membaca dan semoga artikel ini membantu kamu on the stage

A.                Praktisasi Pidato
~ Atur penghitung waktu [stopwatch]. Kamu seharusnya tahu seberapa lama kamu akan menyampaikan pidato, tentu sesuai dengan kebutuhan. Jika kamu tidak dapat menyampaikan pidato ketika waktu yang diberikan terbatas, maka kamu bisa mengakalinya, baik dengan memperpendek atau memperpanjangnya. Jangan lupa untuk menghitung estimasi waktu pidato, bila di akhirnya akan ada sesi Tanya-Jawab. Menghitung waktu, membuat kamu lebih siap, tepat waktu dan tentunya, tahu bagaimana mengemas pidato dalam waktu singkat dan tidak membosankan dalam waktu lama.

~ Latih pidato kamu di depan teman-teman kamu atau di depan cermin. Latihlah bagaimana kamu menghadapi audiens kamu, setidaknya itu bisa meminimalisir rasa gugup, serta agar pandanganmu tidak terfokus pada catatan yang kamu bawa.

Selasa, 11 Juni 2013

Bagaimana mempersiapkan dan menyampaikan sebuah pidato


Tips Improvisasi Soft-Skill Public: Seni menguasai pidato


Diminta menyampaikan atau sekedar mempersiapkan sebuah pidato, terkadang akan terasa sangat rumit dan terlihat sulit. Terutama, bila kamu tidak pernah melakukannya sebelumnya. Apalagi bila kamu seorang yang mengalami ketidakcakapan dalam mengolah kata, publikphobia, krisis percaya diri, dan mudah gugup. Ini belum ditambah, dengan unsur spontanitas permintaan tersebut.

Maka, seseorang setidaknya memiliki keseimbangan rasio dan logika, serta sastra dan rasa. Tulisan sederhana ini mencakup bagaimana merencanakan, dan menuliskan pidato. Untuk praktisasi, ricek performa, dan improvisasi pidato akan dilanjutkan pada tulisan berikutnya. Untuk menghindari bosan karena terlalu panjang. ^_^

Berikut ini, saya akan beberkan beberapa tips yang terbagi dalam beberapa frase pengolahan seni berpidato, semoga bisa membantu kami mengatasi yang kamu alami saat diminta atau sedang berpidato.

Maafkanku, ya Rabb

Sebuah Puisi


Ku berdoa dalam tiap roda senyap pelita,
Dengan keruh hati, setengah jiwa dan tubuh yang lelah,
Mematahkan tiap laju nadi dalam jam jari,
Memompa depresi yang menggayut dan merenggut,
Bulir nafas bebas yang semakin meranggas

Ku berjanji dengan khidmah yang tak murni,
Mencoba berpasrah dalam harapan walau resah,
Menghidupkan keras kalbu yang legam membiru,

Duhai rabbku, maafkanku menyiakan ruh yang kau tanam,
Ampuniku yang merobek cahaya hidayah dengan rutuk kufur kejam,
Membelai ketulusanmu laksana mengangguk paksa tercekam,
Aku tak tahu, bisakah kucintaimu ataukah kata cinta hanya sebatas mulut terucap semu,
Ketika kau letakkan dunia menggelapkan mata.

Ku merindukanmu, Mama

Sebuah Puisi


Kalaku begitu dungu, dalam ceria kanakku,
Hal gila yang tak kuduga, selalu kulakukan tanpa bersalah,
Semua lelah yang kupahat, dalam cintamu yang kuat,
Mama, aku anakmu yang menangis merajuk doa.

Mama, ini anakmu yang beribu kali membuatmu terharu gemas tak berdaya,
Hari yang ternoda dengan bohongku nista,
Hingga saat senja, matahari beranjak di atas cakrawala,
Dhuzur memandang dan aku sadar aku sungguh menyayangimu, mama,

 Saat ini, saat kau meretas benih baik yang kau pupuk dalam sabar,
Mengendap sepenuhnya dalam dadaku, anakmu tercinta,
Ku harap bisa membayar tiap peluh pengorbanan yang teruntai indah, tak berakhir maya.

Senin, 10 Juni 2013

Mawlaya; Muhammad SAW

Sebuah Puisi
Oleh Ismail Sunni Muhammad


Rabbku,
Di sini ku berpijak dalam sujud malam, merenung tak terhentak,
bilamana kau mampu, bersediakah kau kirimkan salam dan sholawatku,
pada nabiku, Muhammad, panglima perang yang santun dan lugu.
pada guruku, Muhammad, manusia dan mahkluk terbaik yang pernah ada,
pada idolaku, Muhammad, dimana pujiku talk henti mengalir bertiup memenuhi dada,

Tertulis ratusan puisi, biografi dan ribuan lantunan rabbani,
tiap rima mengisi bait-baitnya dengan puja puji untuknya,
tiap paragraph mememenuhi kalimat dengan detik keberanian perjuangannya,
tiap sajak lagu cinta memoles agung akhlaknya yang didamba,
tiap nada serta irama merajuk ingin bertemu dengannya kelak di jannah,

Minggu, 09 Juni 2013

Permata dua pelangi

Sebuah Puisi feat Yumna Fakhriyyah [3]


Aku tak pernah membayangkan
Rasa sayang ini tumbuh subur di dalam hati
Aku tak pernah berfikir akan begitu tersiksa seperti saat ini
Engkau telah pergi begitu lama, begitu lama

Aku hanya bisa merasakan tanpa mampu mengatakan
Berat memang, tapi apa mau dikata ?
Kenyataan pahit dan manis akan hadir dalam kehidupan manusia
Termasuk " Aku "
Aku yang di belenggu kerinduan dan kesepian setiap saat
Aku yang hanya bisa bertanya dan berharap
Kapan kau kembali ??

Andai aku punya malaikat cinta,,
Aku akan meminta padanya untuk membisikan 1 kata
bahwa " Rindu Ini Milikmu "
  

Permata dua pelangi

Sebuah Puisi feat Yumna Fakhriyyah [2]


Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang dengan rela mampu membakar ego saat Dewinya sedang terluka.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang mampu menyeka keringatku saat sakit menyiksa raga.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang di tubuhnya terbaca sikap-sikap lembut namun tetap perkasa.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang saat letih kurasa, ia akan berkata ‘kamu tak sendiri, aku ada.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang tidak akan pergi saat kesalahan mungkin terjadi berulang kali,
yang mampu mendeskripsikan cinta sebagai wujud pemaafan darinya.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yg biasa saja,
sebagai pelengkap hidupku yang juga tak sempurna,
agar bahagia, agar tenang kurasa.

Aku meminta pada Tuhan, seorang yang biasa saja,
yang juga meminta pada Tuhan untuk seorang yang biasa saja.
seperti aku, seperti dia.

Permata dua pelangi

Sebuah Puisi feat Yumna Fakhriyyah [1]


Aku mencintaimu,
Namun tak pernah kuberikan janjiku,
Untuk mencintaimu sedalam Lautan Antlantik seperti lirik sebuah lagu,

Akupun tak mau mendaki gunung Semeru untuk membuktikan cintaku,
Aku mencintaimu,
Hanya seujung kuku,
Meskipun ada yang memangkas setiap waktu,
Akan selalu tumbuh kuku baru.

Aku mencintaimu,
Dan kau harus tahu,
Yang kuserahkan padamu bukan hanya gaji dan honor menulisku,
Tapi juga jiwa dan ragaku walau cintaku hanya seujung kuku,

Jumat, 07 Juni 2013

Bagaimana mengimprovisasi kemampuan bahasa kamu?


~ Tips improvisasi soft-skill public: Melalui media baca, tulis, dengar dan bicara


Apakah kamu pernah mengalami berbagai polemik dalam 4 kemampuan inti mempelajari bahasa asing? Berikut ini, beberapa tips singkat yang bisa kamu praktikkan untuk mendukung latihan yang kamu lakukan.


Langkah-langkahnya:

1.      Banyak membaca. Setidak-tidaknya kamu menyisihkan setengah sampai satu jam dalam sehari untuk membaca. Membaca sangatlah penting bagi kita yang mengaku penulis. Karena semakin banyak kamu membaca, semakin baik kemampuan baca kamu dan secara bersamaan memperbaik caramu melafalkan kata-kata yang tidak kamu ketahui sebelumnya [otomatis akan membuat kamu sering buka kamus Inggris-Indonesia atau kamus bahasa lainnya]. Bacalah mengenai beberapa topik tertentu yang menurutmu menarik dan worthy-reading, bisa novel romantis, majalah olahraga, atau pedoman menyetel dan modifikasi sepeda motor.

2.      Banyak menulis. Terlebih yang berkaitan dengan sastra. Tiada salahnya mencoba menulis novel, novelet, cerita pendek, sebuah puisi, taktik permainan atau bentuk fitur, esai dan karya tulis bebas lainnya. Bila kamu mau melakukannya, secara rutin, sedikit demi sedikit, metode sederhana ini akan sangat mengasah kemampuan menulis juga meningkatkan kualitas karya tulismu.

Rabu, 05 Juni 2013

Mutiara dua hati

Sebuah Puisi [feat Bintun Nahl]


Sahabat fillah,
Ku kenalimu dalam satu dunia,
Sepanjang cerita kau berbeda dari mereka,
Atas semua kebersamaan,
Katamu selalu berbuah ketaatan.

Ku yakini kau titipan Tuhan,
Dia satukan kita pada ikatan persahabatan,
Tak ingin pisah meski dalam do'a,
Karna bagiku kau lukisan waktu yang indah.

Bersamamu bukan sekedar mengisi ruang kosong,
Tetapi menghidupkan waktu untuk menggapai cerah dunia,
Sahabat fillah, ku tau kita tak akan menyerah,
Untuk menguatkan dan meyakinkan,
Saat satu di antaranya jatuh dan lemah.

Keep loving you

A Poem [21]


This fate might be too late to wait,
Because myself could do nothing to elude,
Though thousand stars left me alone in an emptiness,
And sun would never shine as ever,
I would never be able to let you go,
Try for a sight and glance, expressing lots deep wounds and blowing yearnings,
All and everything that has happened

Selasa, 04 Juni 2013

Putik cahaya dalam tetes hujan

Sebuah Puisi [22]


Aku kembali menyerah dan mengalah,
Hatiku tersakiti, jatuh tak berdaya,
Kamu datang, menyusuri lorong pekat menemukanku teronggok berlumur desperasi,
Menghangatkanku dalam dekapanmu yang mencium dingin hatiku, kembali bermuat asa.

Kedua tanganku menggelayut dengan kuat nan erat,
Namun lututku bergetar, lemah tak dapat menyusulmu,
Tak sanggup menemanimu, dalam bingkai pesonamu,
Tanpa harus tertatih dengan lelah yang menjerit mengikuti jejakmu.

Menyerahkah kau pada dunia?

Sebuah Puisi [20]


Bahkan ketika hidup bertahta menitah dengan lalim kasar memaksa,
Tidak kau alihkan tatapmu mundur menyerahkan asa, memudarkan cita,
Rautan pelangi yang tergores membuka belaiannya melindungimu,
Kau terjatuh, dengan langkah yang memberat, kaki kaku yang bergerak lunglai lumpuh,
Mengganggu mereka yang menatapmu dalam intipan sinis penuh duri.

Semakin tenggelam, kau tersedak dalam gulita kecewa,
Nafasmu tersekat, tertusuk sesak oleh gravitasi cibir yang mengisi rongga duka,
Dimanakah pelita cahaya?
Keluhmu dengan hatimu tertutup debu lusuh,
Akalmu menggeliat kembali nyenyak, mengucap lemah, tiada daya,
Sekali saja, berdirilah kembali.

Kamu masih mencintaiku, bukan?


Sebuah Puisi [19]



Desah awan biru menipis berbisik menyapu sore salju,
Kamu masih bisa berusaha mencintainya kan?
Dalam tanya bimbang yang menghantui kalut harimu,
Karena kamu masih merasakan detak jantungmu yang melemah kala terpisah,
Karena kamu masih tersiksa dengan tusukan pilu setia kala ku mendua.

Ku sadari dari awal, hati ku takkan bisa menyatu denganmu,
Adakah kau bisa memahaminya?
Bukannya tak percaya,
Jujur, aku hanya masih terjebak dalam ragu yang merana.
Apakah kita benar, ditakdirkan untuk bersama, selalu dan senantiasa?
Di setiap akhir cerita dan alur drama?