Selasa, 24 September 2013

Beri aku kasih

Sebuah Puisi


Beri aku kasih,
Layaknya ia, yang menutup mata, memberimu permata,
Karena ku muram,
Terbangun seorang diri dalam sunyi mencekam,
Percikan luka yang menganga,
Terlanjur membuih dalam gerimis air mata.
Seakan memberitahuku,
Saatnya tiba merelakanmu mendua.

Menerawang langit-langit putih kamar yang pucat,
Dengan titik sudut kosong yang beradu sendu,
Kubersiul pelan,
Sekedar memecah sepi yang menelan,
Seakan menyadarkanku,
Saatnya tiba memanggilmu walau kau tak dating jua,
Hingga darah mengalir mencuat menjadi alcohol,
Mabuk dalam kasih yang terputus gelisah,
Sadarkah?
Ku hanya ingin memelukmu dinda.

Beri aku sedikit waktu bersama,
Atau lepaskanku terbakar menjadi debu durjana,
Ku mencarimu yang terus berlari,
bersembunyi,
mendekat dan menjauhi,
Bersabar dalam getar cemas,
Menangis dalam rinai perih,
Tersenyum dalam terik mentari,
Hingga ku mampu memutar balik waktu,
Ketika ku bisa merasakan detak dadamu,
Ketika ku sanggup menghembus nafas hangatmu,
Ketika ku masih bisa erat memelukmu,
Dalam dekap rindu, sekalipun semu.

Beri aku kasih,
Yang berbeda dengan sebelumnya,
Dalam detik terakhir,
Ku tak mengerti, mengapa aku mengharapkan lebih,
Sekalipun hanya sementara,
Dalam menit satu hingga dua,
Ku masih merasa sama dan samar,
Antara cinta hampa, buas dan liar,
Dengan kasih yang terpaksa, menjerit, lirih, perih.
Mungkin benar kata bintang,
Ku harus relakanmu pergi menghilang.

Selasa, 24 September 2013, 08.36.
Whether you love or lie. You kiss and bye. You say but blind. You listen yet cry. You run and come close. I’m still here. Waiting nothing but you, sleep, smile, sit, talk, and vanish in lonely. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar