Sabtu, 27 Oktober 2012
Kontemplasi Hati
Seiring dengan berjalannya waktu, baik terasa ataupun tidak, usia kita berkurang. Dengan berkurangnya jatah usia kita, berkurang pula ketajaman panca indera kita. Penglihatan, pendengaran, gerak reflek secara sensitif dan motorik. Berbeda dengan saat kita masih muda dan lugu. Layaknya bayi yang tidak berdosa seperti itulah diri kita. Belajar berbicara, berjalan, memahami ini, meniru itu. Hati tak ubahnya seputih kapas. Mulai merangkai persahabatan, mulai pula menuai pengalaman dan pelajaran. Kemurnian hati dan ketulusan budi perlahan namun pasti bergerak memudar dan menguap berubah.
Tentu saat gelap akan berubah menjadi pagi yang hangat dengan cahaya surya. Tentu saat yang dingin dan sendiri akan menghilang dengan lembutnya embun dan sejuknya sepoi pagi. Tak akan lama. Sekalipun sebenarnya memang telah lama terpuruk. Dan selalu ada kata berubah. Untuk menjadi lebih baik dan terbaik. Takkan pernah ada kata terlambat dan pasti ada kesempatan kedua dst. Dalam kamus seorang yang tak pernah mudah menyerah patah arang dan meletupkan kobaran semangat.
Mari kita renungi jalan hidup kita. Dari hal yang paling kecil, sepele, dan ringan. Dimulai dari diri sendiri, berpikirlah apa yang telah kita perbuat pada orang lain. Sahabat, Guru dan Orangtua. Mari kita coba sandingkan dengan titik termurni dalam diri kita. Bandingkan dengan pemahaman agama kita. Secara jujur dan ikhlas. Apakah telah tertata dengan baik hidup ini? Apakah sudah sedemikian buruk kita melangkah? Apakah ini hakikat kehidupan yang kita inginkan?
L.D.R. (Long Distance Relationship)
Sebuah Puisi
Kuketik status rindu di Fb.ku,
Oleh Ismail Sunni Muhammad
Aku telpon dia sore itu,
Aku telpon dia sore itu,
Dia balas dengan sajak kata, lembut menghibur,
Aku sms dia di sunyi malamku,
Dia hangatkan dengan doa dalam sujud tahajudnya.
Kuketik status rindu di Fb.ku,
Ia jawab dengan seribu suka tanda cinta,
Ku tulis puisi kasih di catatanku,
Ia balas dengan puisi cinta di catatannya.
Durhaka
Sebuah Puisi
Oleh Ismail Sunni Muhammad
Durhaka,
Durhaka,
Apakah ia adalah membangkang menentang?
Memaki, menolak, menyumpah,
Menyakiti, menusuk dan mendengki?
Menurut, berkata ya yang sebenarnya tidak,
Mengangguk, yang sebenarnya menggeleng,
Menerima, dengan perasaan menolak,
Tersenyum di wajah, menangis di hati?
Tangga Cinta
Sebuah Puisi
Oleh Ismail Sunni Muhammad
Suratmu kutunggu di lantai bawah,
Suratmu kutunggu di lantai bawah,
Ku tahu kau tersenyum malu di balik cadarmu,
Memang itu yang kumau,
Bahagiamu di setiap harimu.
Kutatap kau begitu menikmati jalannya diskusi,
Kuperhatikan kau bertanya hormat pada dosenmu,
Di balik jendela, sungguh, tanpa kau sadari dan kau rasa.
Langganan:
Postingan (Atom)